CB, BANYUWANGI – Pemkab Banyuwangi bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pusat, mencanangkan kampung Keluarga Berencana (KB), di Desa Sumberbaru, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Senin (17/4).
Kampung KB tidak hanya sekadar perencanaan memiliki keturunan, dengan dua anak cukup, tapi lebih dari itu. KB merupakan perencanaan untuk tumbuh kembang anak. Mulai dari sejak dalam kandungan, hingga menginjak usia dewasa.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, sejak dalam kandungan anak harus diperhatikan. Di Banyuwangi terdapat program untuk menangani ibu hamil beresiko tinggi.
Puskesmas di Banyuwangi, diwajibkan untuk mengontrol dan mencari bumilristi hingga ke pelosok. Bahkan seperti di Puskesmas Sempu berinovasi dengan menyebar tukang sayur, untuk mencari ibu hamil risiko tinggi (bumilristi). Program ini bernama Pemburu Ibu Hamil Risiko Tinggi.
Program yang bertujuan zero kematian ibu dan anak itu, bahkan terpilih menjadi inovasi terbaik bidang kesehatan dari Jaringan Informasi Pelayanan Publik (JIPP) Pemprov Provinsi Jawa Timur. Puskesmas Sempu, selain tenaga medis, juga melibatkan tukang sayur keliling.
Anas juga mengintruksikan agar desa-desa di Banyuwangi, menganggarkan program untuk kegiatan ibu-ibu hamil. “Desa-desa melalui PKK, harus punya program uantuk kegiatan perempuan, anak, dan ibu hamil,” kata Anas.
Selain itu, di Banyuwangi juga terdapat program Unit Gawat Darurat atau UGD Penanganan Kemiskinan dengan tugas menyisir permasalahan warga lokal agar segera tertangani. Dengan UGD Kemiskinan mampu memotong birokrasi untuk penanganan warga miskin yang butuh pertolongan.
Apalagi anggaran dana desa yang diterima saat ini meningkat. Dari yang Rp Rp 80 miliar pada 2016, kini meningkat menjadi Rp 143 miliar. Sehingga permasalahan kesehatan untuk warga miskin bisa langsung ditangani oleh desa.
Bahkan saat ini banyak desa yang telah berinovasi, di bidang kesehatan. Desa memiliki mobil yang di modifikasi menjadi ambulan untuk menangani warga miskin yang sakit.
Anas juga berharap kepada pihak perbankan yang hadir dalam pencanangan tersebut, menyalurkan CSR nya juga untuk pembinaan perempuan dan anak.
Terkait Kampung KB, imbuh Anas, setelah pencanangan di Desa Sumberbaru ini akan dilanjutkan ke seluruh wilayah. Targetnya akan ada 24 Kampung KB di tahun 2017 ini. “Target tahun ini ada 24 kampung KB. Artinya di setiap satu kecamatan ada satu kampung KB. Harapan kami dengan banyaknya kampung KB kualitas penduduk Banyuwangi meningkat ,” kata Anas.
Program KB saat ini tidak hanya sekedar untuk meningkatkan peserta pengguna alat kontrasepsi dan menekan jumlah penduduk. Namun Program KB lebih mengarahkan dan mendidik masyarakat untuk memiliki perencanaan dalam membangun keluarga dan memberikan dampak strategis jangka panjang. Karena di Banyuwangi sendiri pengguna KB sudah mencapai 70 persen.
Data pengguna KB di Banyuwangi terdiri atas, IUD ada 20. 389 pengguna, MOW, 7.236 pengguna, MOP 579 pengguna, kondom 3.659 pengguna, implant 24.445 pengguna. Suntik 108. 732 pengguna dan pil 50. 575 pengguna.
Sementara itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pusat, Surya Chandra Surapaty, menyatakan sangat mengpresiasi inovasi Banyuwangi dalam mendukung program KB.
Kampung KB kata dia, adalah kampung dengan perencanaan program kependudukan KB yang dimulai sejak dini. Mulai pendidikan, karir, pernikahan, dan merencanakan memiliki keturunan. Program ini juga harus didukung sektor terkait lainnya, seperti kesehatan, pendidikan, perumahan dan lingkungan, sehingga bisa mencapai penduduk lebih sejahtera dan bahagia.
Secara nasional, saat ini sudah 400 kampung KB, bahkan mendekati target 536 kampung KB, karena target nasional satu kabupaten satu kampung KB. “Tahun ini targetnya kita tingkatkan satu kecamatan satu kampung. Dan Banyuwangi telah memulainya,” pungkas dia (hms/imm) .