CB, Malang – Para Kyai dan Ulama turut berperan aktif berjuang merebut kemerdekaan Indonesia. Dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak bersifat Kedaerahan dan tidak disuatu tempat saja melainkan diseluruh wilayah Indonesia. Demikian dikatakan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dihadapan Santri Pondok Pesantren Annur 2 Jl. Krebet Senggrong, Bululawang, Jawa Timur pada acara Halal Bi Halal dengan santri-alumni Pondok Pesantren Annur 2, Minggu (16/7/2017).
Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, mengungkapkan saat ini tantangan terbesar Indonesia adalah menghadapi kompetisi global yang semakin sengit. Karena sekarang antar negara bersaing, sementara jumlah penduduk di bumi terus bertambah, bahkan sudah melebihi kapasitas. Bertambahnya jumlah penduduk tersebut, kata Gatot, tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan yang cukup. Hal tersebut akhirnya menyisakan masalah pelik, seperti kemiskinan dan kelaparan. “Tahun 2011 jumlah penduduk di bumi sudah 7 miliar. Padahal menurut peneliti daya tampung bumi hanya 3-4 miliar,” ujar Gatot Nurmantyo saat memberikan pemaparan, kepada santri-alumni Pondok Pesantren Annur 2.
Daya tampung bumi overload, muncul persoalan-persoalan sosial. Bahkan menilik catatan Panglima TNI, akibat kepadatan penduduk ini hampir setiap hari ada 41.000 anak meninggal dunia. “Karena kelaparan, kemiskinan, dan kesehatan buruk. Ini menandakan bumi sudah overload, disamping itu orang butuh minyak untuk energi,” sebutnya. Dengan berbagai permasalahan sosial tersebut, menurut Panglima TNI, yang paling utama dibutuhkan adalah pasokan makanan. Kondisi inilah yang harus diantisipasi Indonesia. Apalagi diprediksi sekitar tahun 2043, semua penduduk di dunia bakal mencari pangan di negara-negara ekuator.
Hal tersebut karena lahan di negara-negara ekuator seperti Asia Tenggara, Afrika Tengah, dan Amerika Latin, dinilai cocok buat bercocok tanam. Sedangkan air, pangan, dan energi terbarukan banyak terdapat di negara-negara ini. “Miliaran orang akan mencari makan di ekuator. Ini mulai terlihat bahayanya pertumbuhan penduduk,” Ungkapnya.
Indonesia saat ini, harus siap menghadapi kenyataan ini. Apalagi, menurutnya, Indonesia adalah salah satu negara di ekuator yang energinya luar biasa besar. Tentu kondisi ini menarik negara lain, sehingga perlu diantisipasi. “Sepanjang ekuator, negara yang energinya luar biasa adalah Indonesia,” tegasnya.
Selain persoalan kesenjangan sosial, Panglima TNI menambahkan saat ini di tengah-tengah masyarakat juga muncul gaya hidup baru. Setiap orang asyik dengan gadgetnya masing-masing, menyebabkan orang menjadi antipati dengan kondisi sosial. “Bahkan sekarang kebijakan suatu negara bisa berubah karena media sosial,” kata dia.
Lebih lanjut Panglima TNI menyampaikan bahwa, sejarah tidak bisa terpisahkan antara Ulama, para Santri dan TNI adalah peristiwa 17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Bangsa Indonesia merdeka karena peran aktif para Kyai dan Ulama bersama-sama dengan umat agama lain, berbagai macam suku berjuang bersama-sama sehingga Indonesia menjadi bangsa yang hebat dalam meraih kemerdekaan. Bahwa perjuangan para ulama dan TNI pertama dipimpin Jenderal Sudirman, pada masa itu oleh anak buahnya dipanggil Kyai. “TNI tidak bisa terlepas dari para Kyai dan para Ulama serta Santri,” ucapnya.
Panglima TNI juga menyatakan bahwa, bangsa Indonesia sudah mulai membentuk kelompok-kelompok, ada yang merasa hebat sendiri, merasa paling mendirikan bangsa ini. “Inilah yang harus kita waspadai, adanya kelompok yang paling merasa benar, paling hebat, tidak seperti ulama yang bersatu padu bersama agama lainnya dan bangkit pada saat bangsa membutuhkannya,” tegasnya. Dalam mengisi kemerdekaan dan mempertahankan NKRI agar tetap berdiri teguh dan tidak membedakan agama satu dengan yang lainnya. Negara Indonesia adalah mayoritas beragama Islam yang benar-benar demokrasi dalam mengajarkan kebaikan, lanjutnya.
Dalam kesempatan tersebut Panglima TNI berharap momentum ini untuk membangkitkan kebersamaan sesama Ulama dan Santri yang turut berperan berjuang merebut kemerdekaan. “Jangan sia-sia kan mereka, kita lanjutkan perjuangan dengan bergandengan tangan agar bangsa Indonesia tetap aman, tenteram dan hidup dalam sendi-sendi Pancasila,”
Diakhir sambutannya Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menegaskan bahwa, Santri dan Ulama mempunyai peran yang sangat penting dalam merebut kemerdekaan Indonesia, bersama komponen bangsa lainnya, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang hebat hingga saat ini.
Turut hadir pada acara tersebut antara lain Pangdam V/Brw Mayjen TNI Kustanto WidiatmokoM.D.A., Mayjen TNI Agus Suhardi (Pangdivif 2 Kostrad), Mayjen TNI Gadang Pambudi (Aslog Panglima TNI), Asrenum Panglima TNI, Aster Panglima TNI, Marsma TNI Julexi Tambayong (Danlanud Abdulrachman Saleh ), Danrem 083/Bdj Kolonel Arm Budi Eko Mulyono S.Sos.M.M., Kol L Gendut S ( Danlanal Malang), Letkol Arm Muridan ( Dandim 0818 / Kab. Malang – Kota Batu), H. M.Sanusi (Wabup Malang), AKBP Yade Setiawan Ujung ( Kapolres Malang), Muspika Kec. Bululawang, Bapak Iwan ( Pengusaha Kota Malang), KH Fadhol Ahmad, K. H Yusuf ( Tokoh NU Kota Malang) dan Dr. KH. Fathul Bari Ss.Mag (Pengasuh Ponpes An Nur 2) Beserta pengurus Ponpes An Nur. (Ertin Primawati)