Rakernas Apeksi XIII 2019, Pakde Karwo Paparkan Peluang dan Tantangan Optimalisasi Potensi Daerah

CAHAYA BARU – Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pemerintah Kota  Seluruh Indonesia XIII tahun 2019 yang berlangsung  di Kota Tarakan, menghadirkan Gubernur Jatim, Dr. H. Soekarwo sebagai  salah satu pembicara, Selasa (25/7).  Dalam kesempatan ini, Pakde Karwo-sapaan akrab Gubernur Jatim ini memaparkan peluang dan tantangan kerjasama antar daerah dalam rangka mendukung optimalisasi potensi daerah.

Dijelaskan Pakde Karwo terdapat permasalahan serius di tingkat nasional, yaitu 80 persen  bahan baku industri merupakan hasil impor dari luar negeri. Dampaknya  penyerapan produk-produk lokal menjadi rendah. Oleh sebab itu, perlu ada kerjasama antar daerah di Indonesia dalam rangka mengurangi impor bahan baku dari luar negeri.

Pemprov Jatim melakukan berbagai upaya dalam rangka mengurangi impor bahan baku. Salah satunya, mencari potensi bahan baku di dalam negeri untuk dapat menjadi bahan substitusi pengganti. Bahan baku lokal yang dapat disubstitusi karena tersedia, misalnya produksi singkong,  tembakau virginia, jagung, susu, dan biji kakao.” APEKSI harus bisa melihat dengan jeli potensi bahan baku di dalam negeri untuk dapat menjadi bahan substitusi pengganti. Apabila tersedia bahan baku dari dalam negeri, maka tidak perlu dilakukan impor. ” harapnya.

Selain itu, jlPwmprov. Jatim juga melakukan  langkah penguatan  perdagangan antar daerah melalui  membuka  26 Kantor Perwakilan Dagang (KPD).  Dampaknya cukup besar, neraca perdagangan  dalam negeri selama lima tahun  terakhir meningkat  133,55 persen.  Dengan capaian tersebut,  Jatim  menguasa pasar domestik  sebesar 20,7 persen. Pada Tahun  2016  neraca perdagangan  mengalami surplus  Rp. 100, 5 triliun. Angka tersebut meningkat menjadi  surplus Rp.  164,49 triliun. “Di provinsi yang kami ajak kerjasama melalui KPDnya, mengalami peningkatan kesejahteraan masyarakat di proses produksi dan pasar. Hal tersebut berlangsung  sangat cepat karena dampak positif adanya KPD,” tuturnya.

Kerjasama antar daerah, lanjut Pakde Karwo juga harus didukung dengan informasi teknologi.  Saat ini, Jatim memiliki  Jatim Smart Economy.  Berbagai kebutuhan dan ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan bisa dimasukkan di dalam database ini.  Didalamnya, masyarakat bisa mengetahui  berapa besar laporan investasi secara realtime, prediksi inflasi,  prognosa produksi , ketersediaan bahan baku dan  pengembangan UMKM. “E-raw material  bisa dimasukkan didalamnya,” ujarnya sambitl menambahkan juga adanya smart factory  yang berisi data base perusahaan di kota yang bekerjasama dengan Jatim.

Pakde Karwo mencontohkan Jatim membutuhkan tepung singkong untuk produksi Chail Jedang di Jombang. Setidaknya membutuhkan 1 juta ton untuk produksi. Bahan baku tersebut juga bisa dikerjasamakan dengan daerah lain.”Kerjasama Jatim dengan Kalimantan Utara adalah mengirimkan transmigran yang dibiayai APBD.  Mereka tersebar di Bulungan  untuk mengajarkan menanam jagung,” ungkapnya.

Layak Jadi MenteriSementara itu, Gubernur Kalimantan Utara,  Irianto   Lambrie memuji  potensi luar biasa luar biasa Pakde Karwo. Selama memimpin Jatim selama dua periode, banyak prestasi yang telah diraih. Salah satunya, perekonomian Jatim yang terus meningkat, meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat, dan berkurangnya angka pengangguran. “Pakde Karwo merupakan pemimpin yang selalu memiliki inovasi untuk memajukan wilayahnya,” jelasnya.

Dengan didukung dengan kekayaan alam yang besar, dan memiliki wilayah yang strategis, Jatim bisa cepat berkembang. Potensi tersebut akan menjadi sia-sia apabila tidak didukung dengan adanya pemimpin yang berkompeten. “Pakde Karwo dsn Jatim luar biasa,” pujinya. (humaspmeprovjatim/tra)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *