Tausyiah di Batulicin, Ustadz Abdul Somad Angkat Tema Da’i Perekat Umat

CB, BATULICIN – Ustadz Abdul Somad (UAS) kembali hadir di Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu. Kali ini, UAS dihadirkan untuk mengisi tausyiah agama pada rangkaian kegiatan Seminar Internasional Da’i Islam Moderat yang dihadiri oleh Da’i dari enam negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Timor Leste, dan Thailand yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Modern Darul Ijabah Batulicin, Jum’at (7/9) siang.

Tiba di Pondok Pesantren Darul Ijabah, UAS bersama rombongan terdiri dari Plt Bupati Tanah Bumbu Sudian Noor, Ketua MUI Tanah Bumbu KH Fadly Muis, Tokoh Agama, dan Tokoh Masyarakat disambut hangat oleh para jemaah dan santri Darul Ijabah.

UAS dalam tausyiahnya mengangkat Judul “Da’i Perekat Umat” sebagaimana yang diminta oleh pihak panitia penyelenggara Seminar Internasional Da’i Islam Moderat.

Menurut UAS, syarat untuk menjadi da’i perekat umat dan menyatukan umat, maka ada 5 hal yang perlu diperhatikan. Pertama, Da’i tersebut harus berpendidikan agama. Atau setidaknya harus tamat pesantren.

“Masukanlah anak untuk belajar agama di pondok pesantren. Jaman sekarang banyak orang hebat di ilmu ekonomi, matematika, fisika, tetapi nol besar di ilmu agamanya,” ujar UAS.

UAS juga mengingatkan agar jangan sampai hanya hafal dua teks ceramah, masuk TV, lalu jadi Da’i. Begitu dibuka sesi tanya jawab seputar agama, lalu menjawabnya tanpa ilmu agama, sehingga dapat memecah belah umat.

Syarat untuk menjadi da’i perekat umat, Kedua adalah mengerti Mazhab dan tidak main-main dengan mazhab. Jangan sampai mencampuradukkan 4 mazhab sehingga membingungkan umat. Untuk itu, istiqomahlah dan konsisten dengan satu mazhab yang diamalkan.

Syarat ketiga adalah Da’i mesti harus mengerti bahasa zaman modern atau dengan bahasa kaumnya. Zaman Nabi Isa, kaumnya hebat dalam dunia kedokteran, maka Allah kirimkan mukzijat kepada Nabi Isa menyembuhkan orang buta dan lumpuh, bahkan menghidupkan orang mati dengan izin Allah SWT.

Nah zaman sekarang berdakwahlah sesuai dengan kaumnya. Zaman sekarang adalah zaman media sosial. Maka jadikanlah media sosial sebagai tempat dakwah, bukan sebagai tempat curhat. Jadikanlah media sosial sebagai sarana dakwah.

“Da’i harus mengerti metode dakwah yang sesuai dengan umur dan wilayah tertentu,” ujarnya.

Keempat, Da’i harus memberikan pandangan kasih sayang kepada umatnya tanpa kekerasan. Kemudian yang kelima, Dai harus istiqomah mengerjakan apa yang disampaikan.

Pada kesempatan itu pula, UAS juga berpesan kepada anak-anak pesantren Darul Ijabah untuk melatih diri menjadi da’i.

“Mudah-mudahan alumni Darul Ijabah ini menjadi Da’i tiga versi. Dai dengan lidahnya ceramah, da’i dengan tangannya ada kekuasaan politik, dan da’i dengan harta benda yang mampu membantu sesama,” tutupnya. (Jhon/Rel/MC Tanbu)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *