CB, TULUNGAGUNG – Tak bisa dipungkiri, Kabupaten Tulungagung memiliki segudang seniman handal dan berprestasi. Namun, para seniman yang ada di Kota Marmer ini ‘sering’ dipandang sebelah mata. Hal ini yang kadang membuat jengah para pelaku seniman.
Seniman Ketoprak Sari Budoyo ini misalnya, sering kali melakukan pentas di daerahnya maupun luar daerah, tapi tak pernah dapat respon dari dinas terkait. Padahal, selama pentas dan tidak pernah dikomersilkan itu, alias gratis.
Namun, ironisnya, Ketoprak Sari Budoyo ini malah justru dikesampingkan. Ironisnya lagi, saat ada pentas di Surabaya maupun Jakarta, justru ketoprak yang gak eksis selalu digandeng, dan terus selalu dipakai. Mungkinkah mereka yang dianggap bisa diajak memainkan anggota?
Merasa dikesampingkan dan adanya diskriminasi, akhirnya kesenian Ketoprak Sari Budoyo ini membubarkan diri dan mengembalikan Nomor Induk ke Dinas Pariwisata Tulunggung. Hal itu yang disampaikan Penasehat Ketoprak Sari Budoyo, Agus Timur.
“Beberapa hari lalu saya di Dinas Pariwisata Tulungagung. Yang jelas, kami mengakui kebanggaan menjadi seniman Tulungagung, karena nama besar Ketoprak Siswo Budoyo itu masih digandrungi daerah yang yang mengenal kesenian,” kata Agus Timur.
Namun demikian, lanjut pria kelahiran Ploso Jombang ini, ia juga menyampaikan pada Kepala Dinas Pariwisata bahwa yang selalu dipentaskan selalu itu-itu saja.
“Jadi apa yang saya sampaikan ke pak Kadin Dinas Pariwisata, apa sebabnya kok selalu yang dipentaskan hanya satu kesenian ketoprak saja, entah itu ketoprak entah itu sanggar,” ungkapnya.
Padahal, lanjut Agus Timur, Induk Sari Budoyo itu sejak tahun 2016, terus menerus mengadakan kegiatan atau pentas, namun tak pernah mendapat respon dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tulungagung. Ironis memang.
“Pada saat saya pertanyakan apa penyebabnya kok selalu seperti itu, dan jawaban pak Kadin kalau itu mandat dari Maryoto Bhirowo (Bupati Periode 2018-2023, red),” jelasnya.
Iapun menceritakan, pada tahun 2018 Ketoprak Sari Budoyo inipun pernah mengajukan proposal untuk bisa tampil di luar daerah, namun tak pernah mendapat respon dari Pemerintah Kabupaten Tulungagung. Padahal, selama ini ketopraknya yang paling sering tampil menghibur masyarakat dengan biaya sendiri, tanpa adanya bantuan sepeserpun dari Dinas Pariwisata Tulungagung.
“Dan kalau saya tanyakan sebab jawabannya seperti itu, artinya Induk Sari Budoyo itu tidak ada artinya. Makanya saya kembalikan ke Induk Sari Budoyo ke pak Kadin. Artinya ini sudah buyar dan sudah tidak pentas lagi serta tidak ikut nguri-uri ketoprak lagi,” bebernya.
Kalau dipertahankan, tambah Agus Timur, semua itu tidak ada artinya. Dan, kalau itu dipertahankan, itupun hanya semata-mata untuk menjaring bantuan belaka. Apalagi, bantuan itu hanya satu kali dalam satu tahun, sehingga tak bakalan membuat kesenian ketoprak atau kesenian yang lain bisa eksis.
“Padahal kalau Sari Budoyo itu pentas,
dana-dana sendiri dan tak pernah meminta bantuan dari Dinas Pariwisata,” jelasnya.
Terkait pengembalian Nomor Induk Sari Budoyo ini, Kepala Dinas Pariwisata Tulunggung Bambang Ernawan belum berhasil dikonfirmasi. “Bapak masih belum rawuh,” kata Plt Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata Tulunggung, singkat.
Sementara itu, dari informasi yang didapat media ini mengatakan, sebenarnya Kepala Dinas Pariwisata Tulunggung ini sering kali diberi masukkan oleh bawahannya, namun masukkan itu selalu diabaikan.alias memakai caranya sendiri. Ironis memang.(Hsu)