Jaka Samudera, Sang Sejati Juru Damai Nuswantara

CB, Gresik – Bismillah, Ya Alloh Ya Robbi, jadikan setiap sujud hamba lahir hingga bathin menjadi nilai-nilai kehambaan yang senantiasa berserah diri, sujud yang sebagaimana telah Engkau haramkan neraka bagi mereka hamba-hambaMu, sujud yang bermakna hakiki, Hati yang Tawwadu’, Roh yang Tawwakal dan Akal yang Rasional, aamiin Ya Robbal Aalaamiin.

Basyariat yang senantiasa taat dan patuh, tunduk terhadap ketentuan-ketentutan kausalitas duniawi terlebih suratan ukrowi, sebagaimana Taqwa yang telah dicontohkan dan diamanatkan oleh leluhur-leluhur bangsa Nuswantara hingga mencapai puncak kejayaannya memimpin dunia. Hanya bangsa-bangsa yang ber-Taqwa yang mampu menundukkan dunia seperti kejayaan Kerajaan Kalingga melalui kepemimpinan Eyang Ratu Shima dan Kerajaan Majapahit melalui Eyang Prabu Wijaya dengan metode persemakmurannya.

Era modernisasi dan peradaban mileniumnya saat ini, dibangun diatas ilmu pengetahuan dan teleology, melalui sekelumit literature sejarah bangsa Nuswantara, penulis berharap dari tiap artikel dapat memberi manfaat dalam rangka turut menjawab tantangan zaman. Mengingat perkembangan peradaban ummat manusia saat ini yang syarat dengan kontra diksinya, bagi penulis, aspek wadah atau keluhuran budi pekerti menjadi sangatlah urgent, yaitu sebagai penyeimbang penetrasi ilmu pengetahuan dan teleology ditengah arus globalisasi.

Perlu untuk kita ingat bersama, bahwa tidak satupun literature sejarah dunia mencatat, jika bangsa-bangsa Nuswantara pernah atau mempunyai tabiat sebagai penjajah. Bangsa yang baik hati ialah bangsa yang senantiasa berlomba-lomba dalam kebajikan. Terpaut pekerti terhadap sifat-sifat ke-Tuhanan / transendent keabadian, menjunjung tinggi nilai-nilai kesadaran rasa kemanusiaan / (nguwongno uwong), dan berasio yang mensucikan / imajiner.

Bercermin kesejatihan, kepada salah satu diantara tokoh-tokoh leluhur bangsa dan pelaku sejarah Nuswantara, kegigihan pribadi yang kokoh bagaikan karang dilautan. Berkarakter, sangat disegani oleh bangsa-bangsa asing, bangsa-bangsa yang tidak beriktikad baik terhadap Kejayaan Nuswantara. Berjuluk Paus Dari Timur ialah Beliau yang mempunyai nama kecil Jaka Samudera, nama pemberian dari Sang Ummul Derita, penemu dan pengasuh bayi suci, ialah Nyai Ageng Pinatih.

Bayi suci, tertempah derita ditengah laut lepas, dari pesisir pantai Kerajaan Blambangan (Kabupaten Banyuwangi) hingga ditemukan oleh anak buah kapal dari seorang perempuan saudagar kaya Kota Bawean (Kabupaten Gresik). Derita Sang Sejati Jaka Samudera, terhempas, terombang-ambing oleh derasnya gelombang laut lepas, siang malam.

Bila bait-bait lirik lagu Banyuwangian yang berjudul Carita Tangis yang menyertai tiap kali bayi lahir dimuka bumi ini, adalah menjadi hikma tangisnya bahwa tiada Cinta dan Kasih Sayang Sejati selain dari-NYA.

Sejarah tidak banyak mengungkapkan bahwa Raden Paku, nama setelah beranjak remaja pemberian dari Sang Ayah Maulana Iskhak sekaligus guru dilembaga pendidikan Negara Persia. Raden Paku juga masih berketurunan dari Raja Majapahit atau Cicit dari Eyang Prabu Hayam Wuruk yang berhasil meluaskan wilayah persemakmurannya hingga 1/3-2/3 dunia.

Beranjak dewasa, Raden Ainul Yakin nama sekaligus gelar yang disematkan oleh Sang Ayah menandakan kelulusannya belajar dan mengkaji tentang banyak ilmu, khususnya ilmu tertinggi yaitu ilmu Agama. Terlahir dimasa-masa Abad ke-14 Masehi, bersamaan dengan pesat dan antusiasmenya perkembangan peradaban ummat manusia yang bersumber dari nilia-nilai spiritualitas Islam. Raden Ainul Yakin Cucu dari Raja Blambangan, berbekal segenggam tanah dari Sang Ayah, berhasil mendirikan taman pengajaran, hingga mempunyai komunitas penduduk dalam wadah sebuah Kerajaan Giri Kedaton.

Sekilas sejarah yang terbesit dari ingatan penulis adalah bahwa Kerajaan Giri Kedaton dapat kokoh berdiri yaitu berkat terpengaruhinya 4 orang Punggawa sebagai utusan Kerajaan Majapahit menjadi pengikut Raden Ainul Yakin. Hingga mengerahkan 200 ribu pasukan Kerajaan Majapahit, dengan alat tulis Raden Ainul Yakin yang berubah menjadi Keris Kolo Munyeng berhasil memporak porandakan.

Dipenghujung karier Beliaunya, beserta para Waliyulloh yang lainnya Kanjeng Eyang Sunan Giri yang semasa hidupnya lebih banyak mendakwakan atau mengajarkan tentang ilmu-ilmu Agama Islam, hingga pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit beralih ke Kesulthanan Demak Bintoro yang dipimpin oleh Raden Patah atau Kanjeng Sulthan Demak.

Hingga kejayaan Nuswantara berlanjut ke Kesulthanan Pajang yang dipimpin oleh Kanjeng Sulthan Trenggono Putra Raden Patah, hingga terjadinya perselisihan yang berujung pada lahirnya Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Panembahan Senopati.

Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Panembahan Senopati melalui metodenya berhasil menjadikan penduduk Jawa 100% Muslim dari yang sebelumnya oleh para Waliyulloh penduduk Jawa 90% Muslim.

Menyusul terjadinya gejolak antar Tra Kerajaan Majapahit dengan Tra Kerajaan Mataram yang terjadi akibat kepemimpinan Panembahan Senopati, andil besar Kanjeng Eyang Sunan Giri dalam mendamaikan para ksatria Nuswantara yang terbelah dengan sebuah gelas yang berisikan air minum.

Segelas air minum sebagai simbol Pemerintahan dan Kenegaraan, yang dapat pula berlaku pada tingkat kehidupan berkeluarga. Bagi penulis menjadi hikma sementara bahwa para leluhur bangsa-bangsa Nuswantara sangatlah berilmu tinggi, yang berkonsekwen cinta akan perdamaian dan kasih sayang antar sesama adalah menjadi sebagaimana kesempurnaan iman.

Berdasar ketulusan hati yang sungguh-sungguh, penulis menghaturkan beribu kata maaf bila artikel tidak didukung dengan bukti auntentik, atau sejarah yang berupa manuskrip mengingat pula berapa ribu manuskrip yang sengaja dihilangkan atau terbawa oleh mereka. Referensi imajinatif, gelombang atau frekwensi yang hinggap pada akal dan fikiran, berdaya melihat pola dari sesuatu yang kelihatan tak terpola, Ikrok.bersambung.(Sub)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *