Tahun Ini, Grebek Agung Bhineka Tunggal Ika di Tulungagung Jadi Ajang Berkumpulnya Sultan se-Nusantara, Ali Sodiq: Tulungagung Menjadi Tempat Masyawarah Awal

CB, TULUNGAGUNG – Pancasila merujuk pada lima pilar yang menjadi dasar berdirinya Indonesia. Dan, kali pertama ditemukan oleh Presiden Soekarno, yakni pada 1 Juni 1945. Saat itu pula, Presiden RI Soekarno menyampaikannya dalam rangkaian sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI. Dalam pidatonya saat itu, ada lima konsep dasar negara yang dikatakan Bung Karno, yaitu kebangsaan, internasionalisme, permusyawarakatan, kesejahteraan dan ketuhanan.

Dan, lima konsep dasar negara itu kemudian dirangkum dalam nama Panca Sila, atas petunjuk seorang ahli bahasa. Kata Pancasila diambil dari bahasa sansekerta, dimana Panca berarti lima dan Sila yang berarti dasar atas asas.

Namun, penetapan sebagai hari nasional baru terwujud di era Presiden Joko Widodo melalui Keppres Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila dan satu tahun kemudian, 1 Juni sebagai hari libur nasional baru diterapkan. Sejak itu pula, peringatan hari lahirnya Pancasila pun digelar setiap tanggal 1 Juni.

Di Kabupaten Tulungagung ini misalnya, Grebek Agung Bhinneka Tunggal Ika rutin digelar, yakni bertujuan menggugah semangat kebhinekaan dan mempromosikan nilai-nilai pokok toleransi, keberagaman dan persatuan. Dimana bangsa ini adalah bangsa yang menjunjung tinggi berbagai adat istiadat, kekayaan budaya dan keberagaman suku dan etnis di Nusantara.

Sedangkan acara yang diprakarsai oleh Barisan Adat Raja Sultan Nusantara (Baranusa) ini menjadi ajang berkumpulnya para Sultan se-Nusantara, diantaranya adalah Sultan Palembang yang juga Panglima Baranusa, YM. Sri Sultan Iskandar Mahmud Badarudin, Sekjen Baranusa, YM. Dr. GKP Raden MOH. Ali Sodik. MPdi, MH.,Sultan Banjar, YM.H. Khairul Saleh Almu’tashim Billah, Raja Siledendeng Lombok NTB, YM Datu H. Lalu Putra, MPd dan ratusan tamu undangan dari seluruh Indonesia.

Sedangkan acara yang berpusat di Pendapa Jayeng kusumo (Pojok utara alon alon) itu diikuti ribuan masyarakat dari berbagai daerah. Acara diawali dari Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso, dimana para Raja dan Sultan berkumpul untuk kirap berjalan menuju Pendopo Jayeng Kusumo. Nampak iring iringan kesenian yang menyambut pemberangkatan itu. Diawali oleh tarian Reog Kendang yang dibawakan oleh anak anak seusia SD, disusul oleh puluhan barisan kesenian dari Tulungagung.

Ketua Panitia Grebeg Agung Bhineka Tunggal Ika yang juga sebagai Sekjen Pusat Baranusa, Raden Ali Sodik mengatakan, acara Grebeg Agung Bhinneka Tunggal Ika ini dihadiri lima (5) Sultan se-Nusantara.

“Ada lima tamu agung yang kita undang, Alhamdulillah sudah ada semua dan beliaunya disini sampai acara selesai. Sedangkan acara ini sendiri akan dilanjutkan pada tahun depan,” kata Raden Ali Sodiq disela-sela acara Grebeg Agung Bhinneka Tunggal Ika kepada Cahaya Baru, Kamis (01/05).

Pria murah senyum ini juga menjelaskan, bahwa Kabupaten Tulungagung menjadi barometer dan Tulungagung yang memiliki makna, yakni pertolongan yang besar inipun ia gembar-gemborkan sejak lama. Bahkan, kelak, Tulungagung akan ada pertolongan besar untuk Nusantara, dan dengan nama Tulungagung ini Kebangkitan Tunggal Ika menjadi satu. Sehingga, kedatangan para Sultan se-Nusantara ini menjadi motivasi bagi lembaga adat seni di Tulungagung menjadi satu.

“Mengingat Tulungagung ini sebagai kota barometer Indonesia, dan di Tulungagung hari ini akan mencetuskan ke kongres yang akan dilaksanakan pada bulan Agustus mendatang,” jelas Raden Ali.

Masih kata Raden Ali, yang menjadikan dirinya bangga, kongres ini sendiri lahirnya ada di Kota Marmer. “Jadi kongres ini lahirnya di Tulungagung, deklarasikan itu juga ada pertemuan intern dan nanti ada kongres bersama Sultan-sultan di Ibukota Jakarta. Tulungagung Menjadi Tempat Untuk Musyawarah Awal,” katanya

Sedangkan Panglima Baranusa Sri Sultan Mahmud Badarudin saat dikonfirmasi para wartawan usai acara mengatakan, bahwa Raja raja se-anusantara telah ada sebelum Negara Indonesia ini ada. Sehingga perlu juga untuk saling menguatkan agar tercapai cita cita bangsa ini.

“Raja raja Nusantara telah ada sejak ratusan tahun yang lalu, sehingga tidak ada alasan untuk tidak mengakuinya dibawah NKRI. negara ini ada juga atas andil para Raja dan Sultan dinusantara. Hari ini kita meruat kebhinekaan untuk kemajuan bangsa ini,” kata Sultan Palembang dengan nada kalem

Sedangkan Sultan Palembang juga membacakan Deklarasi Kebhinekaan Tunggal Ika yang berbunyi: Negara Ku tetap NKRI, Persatuan ku Bhineka Tunggal Ika, Bahasa Persatuan ku tetap bahasa Indonesia, Lagu kebangsaan ku tetap Indonesia Raya, Bendera ku tetap Merah Putih, Lambang Negara Ku tetap Garuda Pancasila. Mari rakyat Indonesia tetap bersatu menuju Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gemah ripah loh jinawi.

Sementara itu, Raja Siledendeng Lombok NTB, YM Datu H. Lalu Putra, MPd mengatakan, pertemuan ini adalah untuk menguatkan lahirnya Pancasila. Di lombok dikenal 3 istilah, dimana menjaga hubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusi dan alam lingkungan sekitar.

“Kearifan lokal yang ada harus terus digali dan diimplentasikan dalam kehidupan sehari hari, Insyaallah bangsa ini bisa maju sesuai cita cita para leluhur,” paparnya.(Hsu)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *