Digeruduk dan Diancam Puluhan Orang

CB, TULUNGAGUNG – Lingkaran ‘mafia’ penambang pasir liar,  di sepanjang Sungai Brantas Tulungagung,  kian membabi buta.  Namun,  bila penambang pasir liar  ini terus dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan dampak buruk  bakal  terjadi.  Ironisnya,  kisaran satu tahun  para penambang liar itu beroprasi namun terkesan dibiarkan tanpa adanya tindakan yang serius.

Padahal,  dampak buruk bisa terjadi kapan saja bila penambang liar ini tidak segera ada tindakan serius dari dinas terkait maupun pihak penegak hukum. Apalagi,  cara pengambilan pasir itu sendiri  tidak lagi dengan cara tradisional alias menggunakan pontoon penyedot pasir serta alat berat bego. Dan,  bila terus dibiarkan maka dampak lingkungan Sungai Brantas semakin parah,  jalan rusak,  pajak negara tidak ada  serta kasus ‘Kancil’ yakni kasus yang terjadi di Kabupaten Probolinggo

Seperti diberitakan cahaya Baru kemarin,  Dibekingi Oknum,  Penambang Liar Sungai Brantas Tulungagung Merajalela.  Merasa terlindungi,  mereka para penambang liar pun dengan leluasa menyedot pasir tanpa beban dan rasa takut.  Beredar kabar,  berbagai ‘upeti’ yakni,  upeti untuk preman dan sejumlah oknum disinyalir dikoordinir langsung salah satu oknum kades.

Bahkan, kades tersebut disinyalir  juga memiliki berapa mesin pontoon penyedot pasir.   Ironisnya,  kasus penambangan liar Sungai Brantas Tulungagung sering dikritisi oleh media cetak maupun media sosial (medsos,  red).  Akan tetapi,  aktifitas panambangan liar ini seakan kebal hukum dan semakin merajalela.

‘’Ngomongin kali brantas domainnya di BPDas Brantas Kantor Surabaya,  sedang pengelolaan ada di Jasa Tirta.  Sedangkan penegak hukum di kepolisian provinsi dan kabupaten,  jaksa dan Satpol PP Kabupaten.  Selama belum terwujud singkronisasi  dan komidmen bersama,  khususnya soal lowinforcement pd ke3 institusi tersebut berkaitan perlindungan DAS Brantas maka gebrakan patroli sungai di kali brantas sifatnya hanya sporadis dan tidak berkelanjutan.  Efeknya illegal akan tetap massif,’’ kata narasumber Cahaya Baru.

Sementara itu,  Selasa (16/1/2018) kemarin sore,  hampir seratus orang melakukan penggrudukan pengupload disebuah warung kopi yakni,  barat rumah dinas Wabup Tulungagung.  Mereka, penggeruduk,  dangan nada ancaman meminta agar segera menghapus uploadtan tersebut.

‘’Secara pribadi,  saya prihatin melihat kondisi Sungai Brantas semakin hari semakin mengkawatirkan.  Mereka meraka apa tidak ada sedikit nurani peduli pada lingkungan.  Kalau soal penggredukan itu,  bagi saya no problem,’’ujar IT,  kepada Cahaya Baru,  kemarin. (jok)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *