CB, SEMARANG – Kemeriahan prosesi Dugder sebagai tradisi tahunan Kota Semarang menyambut datangnya bulan suci Ramadhan kembali digelar Kota Semarang, Kamis (25/5). Bertempat di Halaman Balaikota Semarang, tradisi dibuka langsung oleh Walikota Hendrar Prihadi yang tampil dengan busana khas Semarangan dan mengambil peran sebagai Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat. Ribuan warga memadati dan mengikuti jalannya prosesi dugderan yang digelar sejak pukul 13.00 WIB. Prosesi dimulai dari Halaman Balaikota dengan upacara pembukaan, karnaval dugder menuju Masjid Kauman. Karnaval diikuti pasukan Drumband PIP, Pasukan Muhammadiyah, NU, Kementerian Agama, siswa-siswi SMA/SMK, Perguruan Tinggi di Kota Semarang, Hotel dan Perusahaan, Organisasi Kepemudaan, Komunitas seniman lainnya, 16 Kecamatan se-Kota Semarang, Bendi Hias dan Kereta Kencana yang dinaiki oleh Walikota Semarang selaku Kanjeng Bupati Arya Purbaningrat beserta istri. Rombongan mengambil start di Halaman Balaikota pukul 13.00 WIB melewati Jalan Pemuda menuju Masjid Kauman Semarang dan berakhir di Jl. Kolonel Sugiyono (sebelah timur Hotel Dibya Puri).
Sesampainya di perempatan jalan menuju Masjid Kauman rombongan disambut dengan berbagai kesenian dari Masjid Kauman dan kaum difabel. Prosesi utama karnaval dugder adalah penyerahan Suhuf Halaqoh dari alim ulama Masjid Kauman kepada Kanjeng Bupati Arya Purbaningrat (Walikota Semarang) untuk dibacakan kepada seluruh warga Kota Semarang. Setelah pembacaan Suhuf Halaqoh dilanjutkan dengan pemukulan bedug yang disertai suara meriam yang menjadi asal mula kata Dugderan. Sebelum meninggalkan prosesi di Masjid Kauman, Walikota membagikan makanan Ganjel Rel serta air khataman Al- Quran kepada para pengunjung. Makna dari makanan Ganjel Rel adalah bahwa manusia menjelang puasa ini harus bisa menata hati, hal-hal yang merasa ngganjel (perbuatan jelek) harus direlakan dan ditinggalkan. Selain itu, supaya hati bersih maka diberi minuman air bersih yaitu air khataman Al-Quran. Selanjutnya, Walikota beserta rombongan menuju Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) melalui Jl. Kartini. Sesampainya di Jl Jolotundo disambut dengan berbagai kesenian dari Kecamatan Semarang Timur, Genuk, Gayamsari, Drumband AMNI serta kesenian lain yang berasal dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan juga MAJT.
Acara utama di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) adalah penyerahan Suhuf Halaqoh yang dibawa Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat dari Masjid Kauman diserahkan kepada Raden Mas Tumenggung Probohadikusuma (Gubernur Jawa Tengah) untuk diumumkan kepada seluruh warga Jawa Tengah.Tema karnaval Dugder tahun ini adalah “Dugderan Meneguhkan Tekad Meraih Semarang Hebat”. Tema ini mengandung arti agar seluruh warga Kota Semarang menyatukan hati meneguhkan tekad untuk bersama-sama membangun Kota Semarang menuju Semarang Hebat serta masyarakat yang semakin sejahtera. Eksistensi Dugderan sebagai warisan budaya sejak tahun 1881 selalu berhasil menyedot animo masyarakat tak hanya dari warga Kota Semarang, melainkan hingga wisatawan nasional dan asing. Kegiatan dugderan ini, menurut Walikota juga menunjukkan secara jelas rasa guyub rukun dan kesatuan warga. “Oleh karenanya, kota ini dianugerahi penghargaan sebagai kota berpartisipasi aktif dalam pembinaan kerukunan umat beragama oleh Menteri Agama RI,” ungkap Walikota dengan Bahasa Jawa.Warna-warni bendi hias, karnaval pelajar, warga masyarakat serta hiasan khas Kota Semarang “warak ngendok” menambah semarak prosesi Dugder ini. Warak sebagai simbol perilaku positif manusia yang senantiasa memberi manfaat hendaknya menjadi pengingat bagi seluruh warga. “Untuk itulah prosesi dugderan ini penting untuk terus kita rawat dan kita uri-uri bersama,” lanjut Walikota. (wb/hms)