Ratusan Pohon Kelapa Diserang Hama Kwangwung, Anik Dwi Nastiti: Kita Berharap Masyarakat Nantinya Mendapatkan Bibit Yang Genjah dan Kwalitas 

CB, TULUNGAGUNG – Beberapa wilayah di Kediri Raya, ratusan pohon kelapa terserang hama Oryctes rhinoceros atau kwangwung. Hama yang jadi momok petani pohon kelapa ini telah membunuh kisaran 90 persen perkebunan kelapa, dan kwangwung ini sendiri adalah hama yang sangat merusak.

Tak pelak, puluhan petani kelapa yang tanamannya sudah tinggal kenangan, berusaha menghidupkan kembali kejayaan wilayah Kediri raya, agar kelak menjadi daerah nyiur, seperti puluhan tahun lalu.

Menanggapi keluhan ini, di Balai Desa Desa Maron, Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar, puluhan petani kelapa asal Kabupaten Tulungagung, Kediri dan Blitar membahasnya bersama akademisi, dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar serta Dinas Perkebunan Jawa Timur, Selasa (11/07).

Dalam kesempatan ini, puluhan petani kelapa ini keluhkan penanganan yang sangat lambat dari pemerintah, semenjak 25 tahun lalu.

Maryono (58) petani kelapa asal Blitar ini misalnya, pemerintah disetiap tingkatan seakan tidak mau tau bagaimana kegundahan warga, sejak tanaman diserang dan habis karena kwangwung ini. Bahkan, akibat serangan hama kwangwung ini, pohon kelapa sang masih hidup ini pun tinggal kisaran 10 persen saja.

“Virus Covid-19 yang tidak terlihat saja bisa diatasi, ini binatang yang bisa dilihat kok malah sudah 25 tahun tidak dapat diberantas,” kata Maryono saat menyampaikan keluhannya itu dihadapan para pemangku kebijakan di Balai Desa Maron.

Menurut Maryono, Pemerintah dianggap keterlaluan dan terkesan tutup mata serta telinga dengan kondisi yang semakin hari semakin parah ini.

“Padahal, dari kelapa ini banyak masyarakat kita dulu dapat membangun rumah, mencukupi kebutuhan keluarga dan bahkan banyak yang dapat membeli kendaraan,” jelas Maryono yang terlihat kecewa

Setelah kelapa diserang Kwangwung, tambah Maryono, lambat laun penghasilan masyarakat desa di Blitar semakin turun dan kini bahkan tidak tersisa lagi. Ironis memang.

“Mau membuat kembar mayang (kelengkapan adat kemanten, red) saja tidak bisa. Padahal dulu mau bikin minyak tinggal mengambil, mau bikin sapu dan bahkan mau buat rumah cukup dengan pohon kelapa ini,” ungkapnya.

Tak hanya Maryono saja, warga dan tokoh masyarakat lain seperti Azis, Mbah Joyo dan Jemono juga mengungkapkan keadaan yang hampir sama. Mereka prihatin dan meminta pemerintah segera melakukan penelitian dan pengendalian, sehingga kedepan pohon kelapa dapat ditanam serta menjadi salah satu sumber penghasilan.

Ditempat yang sama, kepala desa dari Tulungagung, Sudikan mengatakan, pohon kelapa miliknya banyak yang dapat diselamatkan dengan pemberian tembakau. Tentu, pengalaman yang pernah ia lakukan ini bisa menjadi ilmu bagi petani yang kini dilanda musibah hama kwangwung.

“Dengan menyisipkan tembakau disela-sela tapas atau batang daun (bongkok) kelapa, kwangwung tidak menyerang dan masih banyak yang selamat,” kata Sudikan dengan mimik serius.

Meski pohon kepala miliknya masih bertahan, tambah Kepala Desa Rejosari, Kecamatan Kalidawir ini, pemerintah tetap melakukan pengendalian dan pemberantasan kwangwung secara tuntas. Tanggapi keluhan puluhan petani kelapa ini, para narasumber pun memaparkan berbagai persoalan yang terjadi di Jawa Timur terkait kwangwung ini.

Narasumber dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang ini misalnya, yakni Hagus Tarno dengan gamblang memaparkan persoalan kwangwung ini. Menurutnya, ada tiga hal yang dapat dilakukan pemerintah dan petani kelapa, diantaranya pemberantasan, pengendalian dan pengelolaan.

“Melihat aspek yang ada di semua ekosistem, maka cara mengelola dengan bijkasana adalah melihat siklus dan cara hidup hama ini,” ucapnya.

Cara yang terbaik, lanjutnya, adalah pengelolaan karena akan mencakup seluruh aspek. “Setelah tau pola-nya, pengendalian dengan cara mengelolaan ini yang perlu dilakukan. Misalnya, pola berkembang pada limbah tempat bertelurnya kwawung. Maka, tinggal melakukan upaya pemberantasan atau pengendalian dengan tepat,” jelasnya.

Masih kata Hagus Tarno, berbagai hasil penelitian yang dimungkinkan dapat mengendalikan hama kelapa di masa yang akan datang.

“Jika menemukan embuk (larva) yang mati, sebaiknya tidak dibuang namun dikumpulkan untuk diambil organ atau bagian yang penting untuk membuat penangkal hama kwangwung ini,” katanya.

Setelah semua persoalan didiskusikan, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Wawan Widianto berterima kasih atas diskusi yang dilaksanakan ini.

Menurutnya, Kabupaten Blitar siap untuk dijadikan pilot projek dalam upaya pengendalian kwangwung ini.

Dan, usai acara Anik Dwi Nastiti, Kepala bidang Produksi Tanaman Tahunan, pada Dinas Pekebunan Jawa Timur mengaku belum mendapatkan bibit kelapa yang tahan pada serangan hama kwangwung ini.

“Kalau bibit kelapa anti kwangwung memang belum ada, namun kita berharap masyarakat nantinya mendapatkan bibit yang genjah dan kwalitas baik untuk penanaman kembali,” bebernya.

Sementara itu, kegiatan yang dimotori langsung oleh Dr Ir Slamet Soedarsono, Perencana Ahli Utama di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) ini, meski serius tetap santai dan penuh kekeluargaan. Oleh karena itu, pentingnya materi dan tujuan kegiatan, audiens dan nara sumber bersepakat meneruskan diskusi yang belum sepenuhnya tuntas ini dalam forum group WhatsApp yang akan segera dibuat.(Hsu)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *