CB, SURABAYA – Guna mengenang kembali nilai-nilai kepahlawan yang ditunjukkan Arek-Arek Suroboyo dalam ”insiden perobekan bendera” pada 19 September 1945 di Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit), Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, menggelar refleksi peristiwa perobekan bendera Belanda di lokasi bersejarah tersebut, Kamis (14/9/2017).
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya, Widodo Suryantoro mengatakan, selain upacara yang diikuti oleh jajaran Forum Pimpinan Daerah (Forpimda), Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Surabaya, Gartap, TNI, Polri, pelajar dan beberapa komunitas. Selebihnya, acara lebih banyak dikemas teatrikal lewat penampilan beberapa komunitas seni yang merefleksikan peristiwa perobekan bendera Belanda oleh Are-Arek Suroboyo.
“Nantinya ada pidato kebangsaan yang disampaikan ibu wali Kota,” ujar Widodo dalam jumpa pers di Kantor Bagian Humas Kota Surabaya, Rabu (13/9/2017).
Menurut Widodo, agenda ini merupakan bagian dari peringatan Hari Pahlawanuntuk menyosialisasikan agenda tahunan ini, Disbudpar telah melakukan berbagai upaya. Diantaranya melakukan promosi ke hotel-hotel, juga melalui travel-travel. Termasuk juga memberikan woro-woro melalui media sosial. “Kami juga mengundang konsulat dan beberapa tamu dari luar negeri juga akan hadir,” sambung Widodo.
Untuk mendukung ke-khidmatan acara ini, Disbudpar Surabaya telah berkoordinasi dengan Satlantas Polrestabes Surabaya dan juga Dinas Perhubungan Surabaya untuk melakukan penutupan Jalan Tunjungan dimulai pukul 06.00 WIB. Arus lalu lintas dialihkan ke Jalan Gentengkali, Praban dan Bubutan. “Penutupan nya berawal dari depan Siola. Seperti ketika Car Free Day. Tapi khusus untuk tamu di Hotel Majapahit, akan ada contra flow dengan sistem buka tutup,” sambung mantan Kepala Dinas Perdagangan Kota Surabaya ini.
Koordinator acara, seniman Heri Prasetyo alias Heri Lentho menyampaikan, rekonstruksi perobekan bendera Belanda dimulai ketika ada beberapa pemuda yang diperankan oleh seniman, datang dari arah utara untuk kemudian memasuki hotel. Dalam rekontruksi tersebut, para seniman juga memainkan adegan panjat gedung dengan menggunakan tangga bambu untuk merobek bendera merah putih biru.
Heri Lentho menambahkan, acara tahunan yang dikemas teatrikal ini akan sedikit berbeda dengan penyelenggaraan di dua tahun sebelumnya. Termasuk upacara, ketika wali kota menyampaikan pidato kebangsaan, akan diiringi musik. “Akan ada warna baru. Intinya, kami mencoba merekonstruksi ulang peristiwa pada 19 September 1945 silam agar mendekati yang sebenarnya,” ujar Herri Lentho. (yudi)